Jangan-Jangan Psikopat itu Ada di Sekitar Kita


Salam Hipnosis!

Sejak beberapa hari ini kita melihat bahwa pemberitaan yang ada di media massa dan media sosial adalah seputar Vonis Majelis Hakim kepada Bp. Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disebut dikenal dengan Ahok. Dalam artikel ini saya tidak akan memberikan opini apakah Vonis Hakim itu sudah tepat atau tidak. Namun saya lebih tertarik melihat tanggapan banyak orang terkait vonis yang terhadap beliau dari sudut pandang psikologis.

Foto di atas saya ambil dari artikel kompas (sumber) . Apa yang terlintas di pikiran Anda setelah melihat foto di atas? Yang terlintas di kepala saya adalah foto beberapa orang yang menggambarkan wajah tersenyum dan terdapat Kertas dengan Tulisan "Selamat - Ahok - Di Penjara".
Disclaimer: Foto di atas hanya berupa ilustrasi, untuk memudahkan penjelasan dalam artikel ini, tidak bermaksud untuk menjustifikasi secara persis emosi yang ada di balik orang-orang yang berada pada foto tersebut.


Senang Di atas Penderitaan Orang Lain.

Saya yakin pada dasarnya kita pernah merasa sakit hati dan kecewa terhadap perlakuan orang lain. Hal tersebut tidak jadi masalah, karena pada dasarnya kita adalah manusia yang memiliki perasaan. Namun yang perlu kita perhatikan adalah "Bagaimana Respon yang tepat atas Masalah ini?", Jika bayangan yang muncul di dalam pikiran Anda berupa hasrat membalas dendam dengan memunculkan gambaran kekerasan fisik, seperti memukul hingga membunuh, atau dapat juga berupa gambaran kekerasan non-fisik, seperti membully, memfitnah, dan sebagainya. Apabila Hal ini terjadi, maka hal ini perlu menjadi perhatian kita. 

Hal yang lebih parah adalah ketika munculnya perasaan rasa puas dan kesenangan ketika hal tersebut selesai dilakukan, termasuk membayangkan penderitaan apa saja yang akan dirasakan orang tersebut nantinya. Hal ini menjadikan kita sebagai Seseorang yang bahagia di atas penderitaan orang lain.

Saran saya, hati-hati lho, hal tersebut berpotensi mengakibatkan seseorang menjadi seorang Psikopat.

Apa itu Psikopat ?

Istilah psiko (psycho) atau psiki (psyche) berasal dari Yunani yang berarti jiwa. Psikopatologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang kelainan atau gangguan emosi dan perilaku. Dalam psikiatri, psikopat atau sosiopat atau gangguan karakter cukup sulit menerima terapi. Pada dasarnya Psikopat adalah suatu gejala kelainan kepribadian yang sejak dulu dianggap berbahaya dan mengganggu masyarakat. 

Dr. Hervey Cleckley, psikiater yang dianggap salah satu peneliti perintis tentang Psikopat, menulis dalam bukunya “The Mask of Sanity” (1947, dalam Hare, 1993), menggambarkan Psikopat sebagai pribadi yang “likeable, charming, intelligent, alert, impressive, confidence-inspiring, an a great success with the ladies”, tetapi sekaligus juga “irresponsible, self destructive, and the like”. Demikian pula Dr. Robert Hare, dalam bukunya “Without Conscience: The disturbing world of the Psychopaths among us“ (1993) masih bergelut dengan isu yang sama, yaitu kepribadian psikopat yang nampaknya baik hati, tetapi sangat merugikan masyarakat.

Seorang psikopat dapat melakukan apa saja yang diinginkan dan yakin bahwa yang dilakukannya itu benar. Sifatnya yang pembohong, manipulatif, tanpa rasa kasihan atau rasa bersalah setelah menyakiti orang lain, senang melihat seseorang menderita , tanpa ekspresi, sulit berempati dengan orang lain dan mudah mengancam siapa saja, bahkan kadang-kadang ia dapat bertindak kejam tanpa pandang bulu. Pembicaraan mengenai dirinya sangat melambung tinggi dan melihat kelemahan dirinya ada pada orang lain dan tidak peduli terhadap siapapun.
Namun perlu dicatat, bahwa istilah Psikopat, yang sejak 1952 diganti dengan Sosiopat dan dalam DSM II 1968 resmi dinamakan Sosiopat (Ramsland, tanpa tahun) itu, justru tidak bisa ditemukan dalam DSM IV. Yang ada dalam manual baku yang digunakan oleh para psikitaer di seluruh Amerika Serikat (dan diacu juga oleh para psikolog klinis dan psikiater dan psikolog di Indonesia) itu adalah 10 jenis Kelainan Kepribadian (Personality Disorders) (American Psychiatric Association, 1994: 629). Untuk memudahkan artikel ini, maka yang dimaksud Psikopat dan Sosiopat adalah sama.


Sakit Hati Memicu Perilaku Psikopat/Sosiopat

Selama lebih dari 7 tahun menjadi seorang hipnoterapis, saya sering menangani klien yang memiliki gejala perilaku psikopat, dimana klien saya ini memiliki kepuasan saat memukul atau membuli temannya atau orang lain. Suka menonton film-film yang menggambarkan adegan kekerasan yang ekstrem seperti "Adegan Mutilasi", "Menyayat leher", dan lainnya.

Selidik demi selidik, sekitar 80% klien saya ini memiliki masa kecil yang menyedihkan, dimana sebenarnya klien merasa diperlakukan tidak adil, disakiti, dipukul, dipermalukan, dan sejenisnya. Termasuk juga ada klien yang mengetahui orang yang disayangi dibunuh oleh orang lain. Hal ini menyebabkan munculnya rasa sakit hati dengan intensitas yang sangat tinggi. Karena perasaan ini terus dipendam tanpa ada release sama sekali, menjadikan sebuah behaviour/perilaku yang menunjukkan adanya keinginan untuk membalas dendam termasuk menjadi suka terhadap hal-hal yang berbau kekerasan, termasuk mulai hilangnya rasa empati.


Sadari Realitas yang Ada di Sekitar Kita.

Saya yakin bahwa Pembaca tulisan ini adalah orang yang cerdas secara emosional. Karena itu, coba kita renungkan sejenak, Apakah Kita termasuk orang yang menjadi bahagia ketika ada sesuatu yang menyebabkan orang lain menderita? Ataukah Anda termasuk orang yang masih menyimpan rasa sakit hati atau kebencian terhadap orang lain? Perhatikan juga di sekitar Anda, jangan-jangan kita mulai menyadari bahwa Ada banyak Orang yang Berpotensi Menjadi Seorang Psikopat. 

Jika terkait kasus di atas, apabila Anda menyetujui vonis Hakim atas Kasus Ahok, maka saran saya adalah sikapi dengan sewajarnya (tidak perlu sampai berpesta) dan sambil tetap memunculkan rasa empati pada pihak yang kalah. 

Sebaliknya, Jika Anda tidak setuju dengan Vonis Hakim atas Kasus Ahok (harusnya dibebaskan), maka saran saya juga Agar tetap bersikap dewasa, dan tidak membuat perasaan ini menjadi sakit hati yang berlebihan.

Cinta adalah Kata Kuncinya

Saya Percaya orang tidak akan pernah membenci orang lain jika kehidupannya diisi dengan penuh cinta. Karena cinta itu mendamaikan, dan karena cinta kita bisa lebih menghargai orang lain. Seorang Psikopat tidak pernah ada jika hidupnya penuh dengan Cinta.

So, Apakah Hidupmu Lebih Banyak Diisi oleh Cinta atau Kebencian? Jawab Sendiri ya.


Rezky Daniel
- Hipnoterapis & Founder Smart Hypnotist Center

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Hipnotis (Hipnosis) dengan NLP

Belajar Nilai Kehidupan dari SEKUMPULAN ANGSA

Hipnoterapi Hanya dengan Harga IKHLAS !!